Rabu, 17 September 2008

Kisah si pleki

Pada suatu pagi yang cerah, di toko kelontong Mang Usep, terdengar bunyilangkah kaki ringan di jalan dan kemudian terdengar bunyi di pintu toko. MangUsep melongok keluar tidak dilihat siapapun sampai sudut matanya melihat kebawah, ternyata ada seekor anjing yang menatapnya dengan ceria, sambilmengibaskan ekor.
Mang Usep mendapati di mulut anjing tersebut ada sebuah plastik yang berisiuang Rp 100.000 dan sebuah kertas catatan,"Saya mau membeli Coke 2 kaleng& sebungkus kacang, taruh di plastik beserta kembaliannya, berikan untukdibawa Pleki, anjing saya."
Setengah takjub akan cara belanja yang tidak biasa ini, Mang Usep tetapmenyiapkan dari tokonya sesuai permintaan di kertas. Termasuk kembaliannya,semua pesanan tadi ia masukkan ke plastik yang diikat mati, kemudiandiletakkannya kembali dengan hati-hati agar bagian pegangannya bisa digigitkembali oleh Pleki.
Pleki melangkahkan keempat kakinya dengan riang keluar toko menyusuri jalan. Karena penasaran, Mang Usep memutuskan untuk minta bantuan keponakannya menjagatoko dan dia sendirian mengikuti anjing pintar tersebut. Dilihatnya Pleki pergike perempatan jalan. Berhenti, menaikkan kaki depannya ke tiang lampu merah, ketombol pejalan kaki. Setelah dipencet, tidak lama kemudian lampu penunjuk untukpejalan kaki berganti jadi hijau. Pleki kemudian melihat kiri dan kanan dulusebelum menyeberang di zebra cross.
Pleki kemudian naik jembatan penyeberangan, menyusuri menuju terminal busway. Pleki tampaknya sudah dikenal baik oleh petugas busway karena mereka tampaksenang melihatnya, mengelus2 leher Pleki, kemudian memperkenankan Pleki naikbusway arah ke Kalideres. Pleki masih dengan tenang menggigit plastikbelanjaannya. Mang Usep juga ikut naik busway tersebut.
Di salah satu halte busway, Pleki mengais-kais kaki petugas busway dalam bus,sehingga petugas tersebut tahu bahwa Pleki mau turun. Segera busway menepi,pintu membuka dan Pleki melompat keluar dengan girang. Mang Usep tentu sajamenyusul. Pleki kemudian berjalan naik jembatan penyeberangan dan keluar disisi jalan. Mang Usep menyusul dengan penasaran.
Pleki kemudian jalan menyusuri satu gang dan tiba di depan rumah bernomor 32. Di sini Pleki terlihat sedikit bingung, kemudian dia melepas gigitannya atasplastiknya. Pleki membenturkan badannya berkali-kali ke pintu. Belum cukup,Pleki kemudian melompat ke kaca jendela dan berusaha menggaruk2 kaca sehinggamenimbulkan suara nyaring yang cukup menusuk telinga. Pleki juga menyalakdengan keras. Akhirnya keluarlah pria botak dengan rokok kretek di mulut yanglangsung menendang Pleki dan berkata,"Dasar anjing guoblook!!"
Kaget akan perlakuan si pria botak, Mang Usep langsung mendekat dan berusahamencegahnya melakukan tendangan berikut. "Kenapa kamu memperlakukananjingmu seperti itu? Dia tidak goblok, bahkan menurutku dia anjing palingpintar yang pernah kutahu. Dia bisa menyeberang lampu merah, naik busway,dll."
Pria botak itu menatap Mang Usep dengan wajah nyinyir, "Huh, pintarkatamu? Kalo dia pintar harusnya dia tdk lupa membawa kunci rumah. Ini sudahkejadian ketiga kalinya dalam minggu ini dia lupa bawa kunci rumah kalobelanja..."
Renungan:Betapa seringnya kita memperlakukan orang yang kita sayangi mirip seperti sipria botak memperlakukan Pleki. Bukannya menghargai dan memperhatikan sisipositif yang ada pada orang lain, kita seringkali terjebak melulu hanya melihatkekurangan orang lain. Seakan tidak pernah habisnya kita melihat sisi negatifdari orang lain, walaupun banyak sekali sisi positifnya kalau kita sedikitberpikiran terbuka dan mau melihat yang positif tersebut. Ah... alangkahindahnya dunia ini kalau kita semua hanya berfokus untuk melihat sisi terbaikdari setiap manusia, sebagai ciptaan Tuhan...
Have a great relationship today at your office & your home...
Adaptasi dari www.klinikrohani.com