Jumat, 31 Oktober 2008

ABORSI

FYI

[Surabaya, 24 Juni 2000] Nama saya Sukiyanto. Saya barusan selesai ikut SEMINAR MENGENAI ABORSI, dengan Pembicaranya : Dr. Kusuma.
Seharusnya saudara-saudara dan teman-teman bisa hadir sendiri di situ, bisa mendengarkan sendiri dan bisa melihat video yg ditunjukkannya itu..
Dalam seminar itu, dijelaskan secara detil, proses pertumbuhan dan perkembangan dari calon janin sampai janin itu dilahirkan ...
Selain itu, juga ditampilkan secara detil proses ABORSI...Janin yg awalnya hidupnya damai, tenteram, dan kadang-kadang bergeliat manja di dalam perut ibunya, sekejap mata terusik oleh peralatan-peralatan ABORTUS.
Di jaman sekarang, dunia kedokteran yg telah banyak mengalami kemajuan, teknologi yg canggih, yg memungkinkan proses ABORTUS itu berjalan singkat dan 'aman'.
TAPI BENARKAH PROSES ABORTUS ITU BERJALAN DENGAN 'AMAN' DAN BIASA-BIASA SAJA ???
Ukh... seandainya saja kalau Anda bisa melihat sendiri jalannya proses abortus itu...Weukhjhh... mungkin Anda akan terkejut sekali, muntah-muntah atau mungkin langsung pingsan. Bukannya saya ingin melebih-lebihkan, tetapi itulah kenyataan yg ada, tangan-tangan yg melakukan ABORTUS itu seakan-akan hanya mengeluarkan segumpal 'sampah' dari perut seorang wanita.
DIOBOK-OBOK, DIHISAP, DIREMUK DAN DITARIK PAKSA KELUAR DANDIBUANG !
Saya bisa mengatakan seperti ini, karena dalam seminar itu, ditayangkan video mengenai proses abortus secara detil...
Diawali dengan pelebaran lubang keluar janin sampai sekitar 1 cm lebih, dengan alat obeng busi. Setelah itu dimasukkan alat pengukur untuk mengukur kedalaman rahim. Kemudian alat penyedot abortus dimasukkan ke dalam rahim. Setelah masuk, alat penyedot dihidupkan, segala cairan dihisap ke dalam selang, daging-daging yg masih lembek dan tulang-tulang kecil pun tidakketinggalan dihisap oleh alat tersebut.
Lewat layar monitor, walaupun gambarnya agak kabur, namun kita bisa melihat dengan jelas, terjadi pemberontakan di dalam sana. Janin itu terus saja bergerak ke sana kemari, berusaha membebaskan diri, berusaha melarikan diri. (Tetapi ke mana lagi ia musti lari ???)
Walaupun sudah berusaha keras, tetap saja tidak mampu melawan kuatnya hisapan alat penyedot tersebut. Dan akhirnya yg tertinggal hanyalah bagian kepalanya saja (tengkorak).
Tahap terakhir dari proses ABORTUS adalah dimasukkannya TANG ABORTUS ke dalam rahim. Tanpa kesulitan, kepala janin yg tersisa itu langsung tertangkap oleh tang abortus itu, dan ... krek... kepala tsb langsung diremukkan, trus ditarik keluar darirahim ibunya.
Dan ini ada beberapa pesan yg disampaikan oleh Dr. Kusuma: (sejauh saya bisa mengutipnya. .)
Saudara-saudara sekalian, kita mungkin sering melihat penganiayaan- penganiayaan di jalan-jalan, korban senjata tajam, korban pemerkosaan, dll.... Pelakunya kita kecam dan kita cap tidak peri kemanusiaan sama sekali. Pihak berwajib menangkap mereka dan menghukumnya. ..
TAPI BAGAIMANA TINDAKAN ABORTUS ???BUKANKAH HAL INI JUGA SAMA SAJA????
Bahkan lebih parah lagi, yg merupakan korban di sini adalah yg tidak berdaya, yg sangat lemah sekali, yg sangat membutuhkan bantuan orang lain agar ia bisa hidup... Tapi nyatanya dia diserang, diobok-obok, dan diremukkan.
Apakah janin itu menerima begitu saja ketika proses abortus itu berlangsung?TIDAK. Janin itu bergerak memberontaki, bahkan lewat monitor, kita bisa melihatnya mulutnya yg selalu ternganga lebar-lebar, BERTERIAK, JANIN ITU BERTERIAK MINTA TOLONG, TETAPI SIAPAKAH YG BISA MENDENGARNYA, SIAPAKAH YG MENOLONGNYA. .... YANG ADA HANYA SEBUAH "SILENT SCREAM"...
Kalau Anda sendiri yg menjadi janin itu, apakah yg akan/bisa Anda lakukan?
Sungguh kasihan sekali janin itu, dia yg lemah, dia yg tidak tahu apa-apa, dia yg tidak melakukan kesalahan apa-apa, musti dilenyapkan kehidupannya. .. karena apa???HANYA DEMI NAMA BAIK?HANYA DEMI KEHORMATAN?HANYA DEMI MARTABAT KELUARGA??Sebuah nyawa.. musti dikorbankan. ..
Janin, sebuah jiwa, suatu kehidupan, sebuah karunia TUHAN Yang Maha Besar, dihancurkan dengan begitu mudahnya oleh manusia.Beginikah cara manusia mensyukuri apa yg telah Tuhan berikan???
Oleh karena itu, saudara-saudara, marilah kita semua mencegah dan menghindari terjadinya aborsi. Adapun yg bisa kita lakukan adalah menghindari seks pra-nikah, sehingga kita tidak perlu dihadapkan pada pilihan aborsi. Dan mengingatkan rekan-rekan kita.
Apapun alasannya, aborsi tetap saja sebuah pembunuhan, suatu usaha yg melawan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menciptakan makhluk kesayangan-Nya.
Mungkin hanya inilah yg bisa saya sharing-kan kepada saudara sekalian.Mohon maaf atas kata-kataku ini yg amburadul, kata-kata yg tidak sempurna, kata-kata yg belum mampu menjelaskan betapa besar penderitaan yg dialami oleh janin tsb.
Tapi kalau saja saudara bisa melihat sendiri, korban-korban aborsi itu, 'bangkai' janin-janin yg masih kecil, badannya ygmasih tidak karuan, yg membengkak biru kehitam-hitaman, jari-jari tangan dan kakinya yg terputus dan terpencar-pencar itu..Dan kalau saja bisa melihat langsung mata janin tsb: mata yg sedih dan penuh penderitaan itu seakan-akan mengatakan:
"MAMA, MENGAPA ENGKAU MELAKUKAN HAL INI? APAKAH SALAHKU PADA MAMA?"
Semoga bisa menjadi bahan refleksi buat sdr/i, dan bisa membantu menyelamatkan nyawa calon adik / calon anak / calon keponakan Sdr/i.
"PRO LIFE"

Senin, 27 Oktober 2008

ROMEO JULIET dari CHINA

Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia.
Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan
diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.
Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya
(hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.

50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin ....
Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....
Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.
Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.
Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.
Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.
"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"
Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.
Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.

Sabtu, 25 Oktober 2008

Bila Koruptor Meninggal

Indonesia sebagai negara yang banyak dan merajalela koruptornya, sebenarnya sudah mulai disinyalir pada sekitar tahun 1988, buktinya ada sebuah anekdot yang menggelitik sbb :
Seorang pejabat tinggi negara indonesia meninggal dunia, maka setelah selesai pemakaman datang dua malaikat kubur untuk menanyainya.
Apabila salah menjawab maka siksa yang pedih pasti akan di terima.
malaikat 1 : Siapa Tuhan mu?
pejabat : Allah Awt..., malaikat 1 yang siap menghukum pun terhenyak, karena jawaban pejabat tadi benar.
malaikat 1 : Siapa Nabimu ?
pejabat : Muhammad SAW.., kembali malaikat tadi terhenyak, ia tak habis pikir orang yang hari-hari nya penuh kejahatan dan kemaksiatan di dunia bisa menjawab pertanyaannya dengan benar,
malaikat 1 : siapa saudaramu?
pejabat : saudara saya adalah seluruh umat Islam..,
kali ini malaikat satu tak bisa menyembunyikan keheranannya,
ia pun menoleh kepada malaikat 2.
bisiknya kepada malaikat 2 : Eh... emang dia nyuap kamu berapa ????????????

Iklhas (2)

Dalam sebuat hadits Qudsi di riwayatkan : Saat hari kiamat didatangkanlah buku buku amalan (baik) yang disegel dan di serahkan kepada Allah Swt. Allah berfirman : "Buanglah itu semua" Malaiakat berkata : " Demi kekuasaanMu yang Allah, sesungguhnya aku tidak melihat di dalamnya selain yang baik baik saja", selanjutnya Allah berfirman "Amalan tersebut tidak di maksudkan untuk KU, dan Aku tidak akan menerima amalan yang dulakukan bukan karena Aku"
Pada saat itu malaikat menyerahkan amalan amalan manusia yang di catat mereka untuk di serahkan kepada Allah, namun Allah menolaknya karena amalan yang di lakukan hambanya bukan karena NYa, artinya tidak mengharap ridlho Allah melainkan ada maksud lain yang terkandung di dalamnya. malaikat sebagai Hamba Allah juga mempunyai keterbatasan, apa yang dilihatnya baik, maka di catatlah kebaikan itu berdasar keterbatasannya sebagai malaikat. Adapun dibalik kebaikan yang di lakukan manusia, malaikat tidak tahu apakah itu iklhas untuk mencari ridlo Allah, atau untuk hal lain.
Sering kali kita melakukan kebaikan, disisipi oleh hal-hal yang membatalkan amalan itu, baik disengaja maupun tidak. Seperti hanya karena ingin dipuji kerabat, dianggap baik oleh teman, riya, mencari muka kepada atasan, mencari jabatan dan sebagainya. Yang paling banter (kalau kita beruntung) akan mendapatkan hal-hal tersebut. Namun tiada nilai amalan di sisi Allah swt. Kita harus berhati-hati dengan kalimat yang kelihatannya baik tapi bisa menghapus ridlho Allah swr. Banyak skita jumpai orang yang melakukan kebaikan berkata : Yah.. biar dapat pahala,..atau biar tambah pahalanya?"
Dalam hal ini orang tersebut hanya menginginkan pahala, bukan ridlho Allah. Artinya dia tidak iklhas dalam menjalankannya. Bukankan pahala kebaikan tidak harus dinikmati di Akherat, bisa juga pahala itu dinikmati di dunia dengan berbagai kemudahan dan kebaikan yang di dapatkan di dunia, tapi tidak di akherat. Sedangkan ridlho Allah swt (insya Allah) pasti berlaku di dunia dan akherat.Mari mulai sekarang kita niatkan segala amalankita lillahi ta'alla (hanya untuk Allah semata, seperti dalam firman Allah yang artinya " Sesunguhnya Sholat saya, Ibadah saya, hidup dan mati saya, hanya untuk Allah"

Senin, 20 Oktober 2008

apa kata orang

Juha dan anaknya adalah dua orang yang selalu berselisih, bila di nasehati anaknya selalu berkata "Apa kata orang-orang nanti?"Suatu hari Juha ingin memberi pelajaran kepada anaknya, maka di ajaknya lah anaknya berjalan-jalan. Juha menaiki Seekor keledai yang kurus, sedangkan anaknya berjalan di belakangnya.Beberapa saat setelah berjalan ketika melewati serombongan ibu-ibu, maka salah seorang dari ibu-ibu tersebut bertepuk tangan dan berjalan: "Tega nian itu Bapak, dia enak-enakan naik keledai sementara anaknya disuruh berjalan di belakangnya!"Mendengar itu Juha turun dari keledainya dan menyuruh anaknya naik keledai tersebut. Beberapa saat kemudian mereka melewati serombongan bapak bapak. Seorang bapak nyelethuk : " Lihatlah pemadangan yang tidak enak ini, di man adia belajar sopan santun, sementara bapaknya berjalan anaknya malah naik kendaraaan!" mendengar ucapan itu Juha pun berkata pada anaknya " Kau dengar ucapan mereka anakku, mari kira naik keledai bersama". Akhirnya Juha pun ikut naik keledai bersama anaknya. Beberapa saat kemudian mereka melewati serombongan orang --yang jaman sekarang disebut kelompok pecinta binatang--, seorang dari mereka berteriak " Tidak takutkah kalian kepada Allah, kalian menyiksa binatang itu dengan menaiki-nya !!!", Juha pun berkata kepada anaknya " Kau dengar mereka anakku? mari kita turun saja!" Akhirnya mereka berdua berjalan di belakang keledai tersebut, hingga samapilah meliha di sekelompok porang yang pada mengolok-olok. Kata mereka :" Wahai alangkah bodohnya mereka, rupanya mereka sangat sayang kepada keledainya, kenapa tidak kalian gendong sekalian?" Juha pun berkata kepada anak mereka, " kau dengar mereka anakku?". Akhirnya Juha pun meotong sebuah dahan dan mengikat keledainya dengan batang tersebut dan memikulnya bersama anak mereka.Tak beberapa lama setelah mereka melanjutkan perjalanan, penduduk yang melihat mereka sontak tertawa sambil berteriak "Orang gila..", mereka terus mengikuti Juha dan anaknya melangkah dan semakin lama semakin banyak, hingga timbul keributan. Akhirnya polisi membubarkan keributan itu serta menangkap juha dan anaknya untuk di bawa ke rumah sakit jiwa. Dalam perjalanan ke rumah sakit jiwa berkatalah Juha kepada anaknya; " Inilah hasilnya kalau kita selalu takut di omongin orang !"

Sabtu, 18 Oktober 2008

KISAH ROTI

Dari Ibu Hibban, Rasulullah SAW bercerita " Pada jaman dahulu ada seorang
saleh dari kalangan bani Israil. Dia tinggal di sebuah kuil selama
kurang lebih 60 tahun untuk memperdalam ilmu keagamaannya dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Suatu saat si Rahib ingin keluar dari kuilnya.
Pikirnya seadainya aku keluar dari kuil, aku bisa berbuat amal lebih
banyak lagi. Dengan berbekan dua kuah roti, maka keluarlah Rahib itu dari
kuil, dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang wanita. Maka
merekapun terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikan. Saking asyiknya
hingga mereka berdua terlena dan terjadilah perzinahan di antara mereka.Rahib tentu saja sangat menyesal, kemudian sampailah ia ke sebuah danau,
serta timbulah keinginan untuk mandi. Saat mandi lewat seorang fakir
miskin yang kelihatan sangat keletihan dan kelaparan. Sang Rahib pun
memberikan kedua roti nya kepada orang fakir tersebut. Selang beberapa
lama kemudian meninggallah Rahib tersebut.Tiba pada saat hisab, ternyata amal soleh sang Rahib selama 60 tahun
masih kalah berat dengan dosanya ketika ia berzinah. Hingga ditambahkan
amal nya memberi roti kepada seorang fakir miskin. Ternyata setelah amal
tersebut di timbang beratnya melebihi dari dosa perzinahan Rahib
tersebut. Akhirnya sang Rahib pun masuk surga. Berat tidaknya timbangan
amal kebaikan kita tidak tergantung dari besar kecilnya pemberian atau
amal kita, melainkan di ukur dari ke-iklhas-an kita dalam melakukan amal
tersebut (disarikan dari kisah teladan)
pesan moral : 1. Ilmu Agama dengan ilmu dunia harus seimbang, sehingga kita tidak mudah
terjerumus dalam tipu daya dunia.2. Iklhas adalah inti dari diterimanya amal ibadah kita. Berpa banyak
kita beramal/berbuat secara iklhas dalam hidup kita? Iklhas karena Allah
bukan karena pamrih terhadap pimpinan, rekan, sejawat, keluarga dll? 1 X,
2 X, atau sudah tidak bisa di hitung atau belum pernah sama sekali? butuh
kejujuran dan keiklhasan untuk menjawabnya3. Jangan mendekati Zina apalagi berzina. Azab Zina langsung di timpakan
di dunia dan akhirat. Jika kita sudah melakukannya.. TOBAT..!!!! Bukankah
Allah SWT mencintai orang yang berbuat dosa kemudian bertobat? daripada
orang yang tidak pernah merasa melakukan dosa

Kamis, 09 Oktober 2008

Kaca Spion (Andi Noya)

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke PerpustakaanSoemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana. Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda?Malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah. Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana. Jika masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang. Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobakgado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta. Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi. Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia. Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir saya terus meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan Metro TV.Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya. Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya. Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Sayabersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah. Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam kaliempat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu. Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil datang. Dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya.Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan, order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami –ibu, dua kakak, dan saya– harus bisa bertahan hidup sebulan.Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut.Setiap akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harusmenyisihkan uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi?Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihatwajah ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya bencipemilik mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali.Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan. Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orangkaya di dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahaljahat. Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidakpunya hati nurani.Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasakuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itutidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. `'Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,'ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu. Sebab kamu sudah bekerja keras." Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidaksensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak.Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketikamobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanyaingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok. Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion. Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung. Sangibu, yang lecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusahameluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul.Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siangitu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit.

Rabu, 08 Oktober 2008

Drama di Lift

Di suatu lift ada 6 orang di dalamnya. Di dekat pintu berdiri seorang bapak. Lalu berurutan di belakangnya seorang ibu bersama anak kecil, seorang pemuda, seorang nenek, dan seorang cewek cantik yang berdiri tepat di belakang nenek itu.
Tiba-tiba lift itu macet dan berhenti. Lalu tercium bau busuk di dalamnya.
Nenek : "SIAL SAPA NIH YANG KENTUT???"
Cewek Cantik : "IYA NIH SAPA YANG KENTUT, MANA BAU LAGI???"
Semua terdiam saling memandang. Setelah beberapa menit kemudian, tercium kembali bau busuk lagi.
Nenek : "WHOII.. SAPA NIH YANG KENTUT??? MAU BUNUH KITA DENGAN KENTUT LOE YAH???"
Cewek Cantik : "IYA, APA LOE MAU BUNUH KITA DENGAN KENTUT LOE???"
Si cewek cantik masih ngikutin tiap kata2 nenek itu seperti burung beo. Mereka semua masih terdiam dan memandang dengan tatapan saling menuduh. Akhirnya sang bapak2 itu pun angkat suara.
Bapak : "Sudah, kalo emang disini ada yang rasa kentut, tolong ditahan sampe kita keluar dari lift."
Suasana kembali tenang. Mereka kembali menunggu hingga lift kembali jalan. Hingga tercium kembali bau kentut yang lebih busuk dari sebelum-sebelumnya.
Pemuda : "SIALAN!!!! SIAPA SIH NI YANG KENTUT??? BUSET KALI INI BAUNYA BENER-BENER LEBIH PARAH DARI BANGKAI TIKUS!!!"
Semua terdiam, dan saling memandang. Akhirnya...
Pemuda : "OKE BERHUBUNG GAK ADA YANG NGAKU, GUE SUMPAHIN TUH YANG KENTUT MANDUL TUJUH TURUNAN!!!"
Tiba-tiba....
Cewek Cantik : "Ampun bang, maaf. Yang kentut pertama ama kedua itu gue. Tapi kentut yang terakhir yang lebih busuk itu, bukan gue, tapi nenek ini. Tadi gue ngerasain aliran anginnya kena di paha gue. Nih nenek sih tenang-tenang aja, di sumpahin mandul. Nah gue??? kawin aja belom..."
Nenek : "Hahahaha.. kaciaaan deh loe...."

Senin, 06 Oktober 2008

Ali dan Baju Besi

Suatu saat Khalifah Ali r.a kehilangan baju perangnya yang terbuat dari besi dari halaman samping rumahnya. Beberapa hari kemudian Ali r.a melihat baju perangnya tersebut di tangan seorang yahudi di pasar. Merasa yakin bahwa baju itu miliknya maka Ali r.a pun menyanyakan kepada si Yahudi tersebut. Keduanya bersikeras bahwa baju perang itu milik mereka, akhirnya Ali r.a mengadukan psersoalan tersebut kepada qadhi. Maka digelarlah pengadilan dengan Ali r.a sebagai penuntut serat si Yahudi sebagai terdakwa.Qadhi membuka persidangan dengan bertanya kepada Khalifah Ali r.a "Wahai Khalifah apa tuntutan anda kepada terdakwa?" Kahlifah pun menceritakan kejadian saat beliau hendak mencuci baju perangnya bersama putranya Hasan di halaman samping rumahnya, namun hilang sebelum beliau sempat mencucinya." Apakah engkau dapat membuktikan bahwa baju perang itu milik engkau?" tanya qadhi kepada Khalifah Ali r.aAli r.a terkejut dengan pertanyaan tersebut, ia merasa sulit membuktikan bahwa baju itu adalah miliknya, akhirnya ia mengajukan Hasan putranya sebagai saksi kepemilikan baju itu.Namun qadhi menolak saksi dari pihak keluarga. Akhirnya qadhi pun memutuskan bahwa baju perang itu adalah milik si Yahudi. Seperti mimpi di siang bolong si Yahudi tak percaya dengan keputusan qadhi. Ia sungguh tak menyangka akan menang dalam urusan ini, karena yang dihadapi adalah Khalifah Ali r.a sang penguasa saat itu, lagi pula sebenarnya dialah yang mencuri baju itu.Si Yahudi merasa betapa Islam sangat mulia, meski ia yahudi miskin dan penuntutny adalah Khalifah Ali r.a sang Miarul Mukminin, namun karena beliau tidak dapat membuktikan kepemilikannya maka ia lah yang menang. Maka iapun mendekati Khalifah Ali dan menyatakan masuk Islam serat mengembalikan baju perang tersebut kepada Ali r.a.Kahlifah Ali terteguk sejenak, kemudian menganghadiahkan baju perang tersebut kepada si yahudi sebagai wujud kegembiraannya karena ke Islam an si yahudi tersebut.. (disarikan dari kisah teladan)

Jumat, 03 Oktober 2008

Apa yang akan kau katakan pada Rab-mu nanti?

Suatu saat bersama dengan seorang sahabat Umar bin Khatthab didatangi seorang laki-laki, seraya berkata :'Wahai Amirul Mukminin! belalah saya sebab si Anu telah menganiaya saya. Umar pun mengakat cambuknya lalu memukul kepada orang itu seraya berkata 'Kalian panggil Amirul Mukminin, dan memang di disediakan untuk kalian dan untuk memperhatikan keadaan kalian. Tapi.., mengapa tatkala ia sedang sibuk menyelesaikan suatu urusan Kaum muslimin, engkau datangi di dan mengatakan : Belalah saya.. belalah saya...!" Laki-laki itupun pulang dengan rasa kecewa, maka kata Umar : " Pangillah orang itu ke sini.."
Setelah orang itu kembali, diberikannya kepada orang itu cambuknya seraya berkata : " Terimalah..ambilah qishashmu terhdapku.."
"Demi Allah, tidak.., tetapi saya akan menyerahkannya kepada Allah" Jawab orang itu,
Setelah orang itu berlalu, Umar dan sahabat pulang kerumah Umar.., setiba di rumah Umar shoalt 2 rakaat, kemudian ia duduk menyesali diri, katanya : "Hai anak Khatthab! dulu kamu rendah, kemudian ditinggikan-NYA.., sesat, kemudian ditunjuki-NYA..dan hina kemudian di muliakan-NYA.., Setelah itu diberi-NYA kekuasaan atas pundak-pundak manusia.. Tiba-tiba datang seorang yang meminta pembelaanmu, tapi justru kamu memukulnya. Maka apa yang akan kamu katakan pada Rab-mu nanti, jika kamu kembali kepada-NYA...!"